Lebih dahulu akan sedikit saya dahului dengan macam-macam sekolah sebelum tahun 1943. Pada waktu itu di Yogyakarta ini yang ada hanya sekolah rendah dan sekolah menengah. Sekolah rendah dibagi-bagi dari yang seluruhnya berbahasa Belanda dan ada yang seluruhnya berbahasa Jawa.
I. Sekolah Desa ( Volksschool ) yaitu kelas I s.d kelas 3 dan Voolijschool sampai kelas 5, tidak memakai bahasa Belanda sama sekali. Kemudian ditambah satu kelas yaitu kelas Pertanian. Bila ingin melanjutkan ke sekolah menengah yaitu Meer Uitgebreid Lager Onderwijs ( MULO ) harus melalui Schakelschool ini bila dari kelas 3 Volkschool 5 tahun lamanya, bila dari Vervolkschool 3 tahun, bila akan melanjutkan ke Vervolgschool/calon guru Desa terus langsung ujian.
II. Sekolah rendah yang memakai bahasa Belanda, lulus dari sekolah itu dan dapat melanjutkan ke sekolah di atasnya, yaitu :
1. H.I.S ( Hollands Inlandsche School ) sekolah Indonesia yang memakai bahasa Belanda di kota Yogyakarta ada 2 buah kepunyaan pemerintah waktu itu, yaitu di Jetis (sekarang SMP Negeri 6 ) dan di sekolah timur Pojok Beteng Kidul Wetan.
2. Schakelschool, lihat di atas tersebut.
3. H.J.S ( Hollands Javasche School ) sekolah Jawa pakai Bahasa Belanda seperti HIS
4. HCS ( Hollands Chinese School ) untuk bangsa Cina.
III. Sekolah rendah yang seluruhnya berbahasa Belanda ( Europese Lager School )
Di Yogyakarta ada 2 buah yang pertama di Lempuyangan utara perempatan Bausasran di beri nama Ste Eerste School A dan SMP Negeri 2 sekarang diberi nama Ste Eerste yaitu yaitu School B. Sekolah-sekolah lanjutan adalah : MULO, HBS yaitu ada 3 tahun dan ada yang 5 tahun, tempatnya di STM sekarang, yang sebelah selatan (bukan gedung lepas) dan sebelah timur Ambackschool (sekolah Pertukangan) dari Vervolkschool Ambaschtschool letaknya di gang di Lempuyangan, yang pakai bahasa Belanda MEBI. Bagi anak-anak puteri dapat melanjutkan ke Ilmu Vijschelmeris School, juga kerajinan Puteri di SMP Negeri 8 yang selatan. Kemudian yang akan melanjutkan ke MULO atau HBI dapat mendaftarkan yang masuk kelas 0 ( Voorklas ) atau ujian yang akan masuk kelas II. Lalu di MULO naik ke kelas II dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
- Bila nilai Ilmu Pasti ( Aljabar dan ukur ), IPA dan Ilmu Hayat mendapat nilai 7 dapat dinaikkan ke B Afdeling. Ke B ini dapat memilih ke A atau ke C.
- Bila nilai Ilmu Pasti, IPA dan Ilmu Hayat mendapat nilai 6 dapat dinaikkan ke C afdeling, ini dapat memilih ke A.
- Bila ke 3 mata pelajaran tersebut mendapat nilai 5, dapat dinaikkan ke A, yang ke A ini hanya ke A saja, yang nantinya keluar dari MULO terus mencari pekerjaan
Dari MULO dapat melanjutkan ke AMS ( SMA sekarang ) untuk kepunyaan pemerintah hanya AMS A.I/II di muka RS Pantirapih, sekarang untuk SMP Negeri I dan AMS B ( SMA Negeri 5 sekarang ) sedangkan MULO kepunyaan pemerintah Hindia Belanda dahulu hanya Openbare (MULO) SMP Negeri 5 yang sekarang, pindahan dari Gorvernement MULO/Kantor Polisi Ngupasan sekarang. Kemudian tidak semua anak Indonesia dapat melanjutkan ke MULO, hanya orang tua yang berpenghasilan lebih dari 60 (enam puluh rupiah) sebulan. Kemudian timbulah RK MulO (Room Kathoelike MULO) di Kidul Loji, Christelijke MULO, SMA BOPKRI I sekarang, Taman Madya, Muhammadiyah pada tanggal 5 Juni 1935 mendirikan MULO Muhammadiyah di Gedung Ibu Pawiyatan, kerena Muhammadiyah merasa bahwa wadah untuk anak-anak Islam belum ada.
Bagi mereka yang tidak mendapatkan bahasa Belanda belum ada wadahnya. Pada tahun 1937 pemerintah Hindia Belanda bermaksud membuat MULO Indonesia/memecah belah bangsa Indonesia, mendirikan Inhemschee MULO, di Palembang dan Yogyakarta dan di Palembang dipegang pemerintah Hindia Belanda sendiri dan di Yogyakarta diserahkan kepada Muhammadiyah. Pada waktu itu PP Muhammadiyah bernama Hoofd Bestuuer Muhammadiyah (HB Muhammadiyah), bertempat di toko kacamata Naufal yang sekarang (selatan masjid gede kauman Yogyakarta) dan di Sala membuat Javanesche MULO (kepunyaan Mangkunegaran) setahun kemudian Jawa Barat mendirikan Inhemschee MULO yang tepatnya di Bandung. Selanjutnya sekolah ini belum ada, hanya lulusannya dapat melanjutkan ke Normaleschool di Blitar. Tahun 1945 pada perang dunia ke II berkecamuk, sekolah-sekolah yang dikelola bukan Muhammadiyah ( RK MULO, Christelijke MULO lebih-lebih Openbare MULO ) ini ditutup. Hanya kepunyaan Muhammadiyah yang tidak ditutup.
Jenis-jenis sekolah Kursus Guru pada jaman Belanda dari Voorvolk school :
- C.V.O ( Cursus Voor Onderwijzer ) ini 1 tahun dan ada pula 2 tahun.
- Normaleschool 4 tahun mulai diberi pelajaran bahasa Belanda. Dari HIS Kweekschool 4 tahun dan memakai bahasa Belanda. Dari MULO : HIK ( Hollands Indlansche Kweekschool ) dan ini sejajar dengan SPG yang sekarang. Kemudian pada jaman Jepang Veroolgschool diganti Sekolah Rakyat sempurna. Macam sekolah lanjutan yaitu :
- Vervolkschool ke Normaleschool negeri ( di Salatiga ), Muhammadiyah di Sala.b. Schakelschool atau Ambachtschool atau ke Klein Haufelschool ( Sekolah Dagang Rendah )
- HIS dan yang sejajar dapat ujian masuk kelas I MULO dan HBS atau sekolah kejuruan I ( Ambacktsergang ). Bila ujian tidak dapat masuk ke MULO akan masuk kelas 0 atau Voorklas, dan dapat juga ke sekolah dagang Djogjascfe Handelschool atau Handels Instituut Djokdja )
- Dari ELS ke HBS ( Hogere Burger School )
- dari MULO dapat melanjutkan ke AMS A atau AMS B
- AMS A jurusan bahasa, yaitu bahasa Timur (A.I) dan Bahasa Barat (AII) sedang AMS B dapat melanjutkan ke RHS ( Recht Hoge School ) di Detagtion Calesh Amdjam Hukum (Mr) dan calon Insinage di Batavia, atau ke HI (Technische Hoge School) di Bandung atau ke GHS ( Geneeskundige Hogeschool ) di Batavia untuk calon dokter dapat juga ke VIAS (Vederlandschool Arfesnschool)
Untuk calon pegawai BB ( Binnenlandsche Bestuur ) ada sekolah Mosvis, Mosvibs dsb. Macam sekolah banyak pada jaman Belanda menurut penulis tidak untuk mencerdaskan rakyat, tetapi untuk memecah belah rakyat.
MULO Muhammadiyah Djogdja.
Pada bulan Agustus 1938 pindah ke Bintaran Tengah No.5 Yogya inilah MULO Muhammadiyah mulai ada belajar mengajar pada tanggal/bulan September 1937 rencana semula pada tanggal 1 Agustus 1937 mulai masuk belajar yang tempatnya di Bintaran Lor No.14 Djogdja. Kebanyakan muridnya dari luar kota Djogdja, anak puteri dan anak laki-laki yang tak bersepeda dapat mondok di kota yang dekat lokasi, sedang yang bersepeda walaupun lebih dari 30 km dilaju dan kadang-kadang sampai di sekolah lampu sepedanya masih menyala. Pada waktu Jepang masuk Djogdja banyak sekolah yang masuknya bergantian pagi dan siang. Waktu Jepang masuk Djogdja MULO dan Inhemschee MULO Muhammadiyah tetap berjalan dan pelajaran tetap. Kemudian Jepang membuat SMP Negeri I yang tempatnya sampai sekarang dan SMP Negeri II untuk kelas I dan separo kelas II di SMP Negeri 6 sekarang dan yang separo kelas 2 dan kelas 3 di SD Ungaran. MULO dan Inhemschee. MULO Muhammadiyahpun namanya lalu dirubah yang MULO Muhammadiyah menjadi SMP Muhammadiyah Bintaran Tengah no.5 Djogdja kemudian dipindah ke sebelahnya perempatan Gondomanan, karena lulusan SMP Muhammadiyah ini membutuhkan sekolah yang lebih tinggi. Maka Muhammadiyah lalu mendirikan HIK (Hogere Indlandsche Kweekschool) HIKnya di sudut barat laut perempatan Gondomanan (sekarang toko ban Good Year), SMPnya di SMA yang sekarang santa Maria, sedang asrama HIKnya di Sayidan, sekarang SPG IKIP. Karena keadaan sangat mendesak,maka SMP dan SGM dipindah ke asrama Madrasah Mu’alaimin Djogdja. Pada tanggal 1 April 1944 murid-murid Puteri dari 2 SMP Muhammadiyah tadi dijadikan di Bintaran Lor no.14 dan murid putera SMP Muhammadiyah Bintaran dipindah ke rumah Yatim Tungkak, kemudian di pindah ke muka PKU dan akhirnya ke toko sepeda motor Binter sekarang yang sebagian pindah ke SMP Muhammadiyah Ketanggungan di SMP yang murid-murid puterinya dipindah ke Bintaran Lor no.14 kemudian sekolah itu menjadi SMP Putera dan SMP Puteri Muhammadiyah Djogdja.
Clash II tahun 1948 Belanda mengubah keadaan :
Asrama Mu’alimin dibumi hancurkan sekolah tetap,tetapi secara rombongan murid-murid bergantian belajar di rumah guru-guru tetapi sering mereka absent, karena sedang maju dalam pertempuran, guru-guru juga. Pada tahun 1952 SMP Ketanggungan dipindah ke Purwodiningratan dan karena perkembangan sekolah dirubah menjadi SMP Muhammadiyah I Yogyakarta dan yang SMP Puteri menjadi SMP Muhammadiyah 2 dan mulai tumbuh SMP-SMP Muhammadiyah baru yang sekarang di Kota Yogyakarta, ini sampai10 buah SMP dan diluar kota sampai ratusan jumlah SMP yang tumbuh.
Demikian selayang pandang SMP Muhammadiyah I dan II, mulai tahun 1935 sampai sekarang, semoga menjadi gambaran bagi kita akan sejarah SMP Muhammadiyah I dan II Yogyakarta, dan tentu saja uraian saya ini banyak kekurangannya dan kami harap kepada saudar-saudara yang lebih tahu suka membenarkannya. Jadi menurut hemat saya SMP yang berdiri sejak pada jaman Belanda sampai sekarang masih terus hidup, dan itulah tinggalan dari Belanda yang berupa SMP Muhammadiyah I dan II yang berda di Yogyakarta . sekian dan terima kasih,
Penyusun
Yogyakarta, Agustus 1980
Hardjono S.